Kongkow Bersama Pustakawan #42 Pemberdaayaan Keluarga Melalui Ekoliterasi
Kongkow Bersama Pustakawan #42 Pemberdaayaan Keluarga Melalui Ekoliterasi

Keterangan Gambar : Dok. Perpustakaan


Ekoliterasi menjadi konsep penting dalam upaya mewujudkan keberlanjutan hidup di tengah krisis iklim yang semakin mendesak. Keluarga memiliki peran sentral dalam menerapkan ekoliterasi karena rumah adalah tempat pertama di mana nilai-nilai lingkungan dapat diperkenalkan dan dipraktikkan. Pemberdayaan keluarga melalui ekoliterasi membuka ruang bagi setiap anggota keluarga untuk mengenal, memahami dan bertindak bijak terhadap lingkungan, mulai dari pengelolaan sampah dan hemat energi.

Dalam rangka memberikan pemahaman lebih lanjut tentang peran keluarga dalam ekoliterasi, UPA Perpustakaan Universitas Jember menyelenggarakan Kongkow Bersama Pustakawan seri ke 24 dengan tema “Pemberdayaan Keluarga Melalui Ekoliterasi”. Kongkow bersama pustakawan yang dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 24 Oktober 2024 ini menghadirkan pembicara yang concern dalam bidang ekoliterasi yaitu Rahmah, S.Pd.I., Gr.

Beliau merupakan seorang guru Sekolah Islam Terpadu Ihsanul Amal, Sungai Sandung, Kalimantan selatan dan sekaligus relawan di lima organisasi dan komunitas literasi. Beliau juga seorang Trainer Kurikulum dan tergabung dalam Pendidikan Guru Penggerak Angakatan 3 Kabupaten HSU pada tahun 2022.

Pada kesempatan ini beliau menjelaskan bahwa salah satu cara untuk mengatasi krisis iklim yaitu dengan meningkatkan pemahaman tentang ekoliterasi di lingkup keluarga. Istilah Ekoliterasi sendiri pertama kali diperkenalkan oleh david W. Orr pada tahun 1992 dalam bukunya yang berjudul “ecological literacy: education and the transition to a postmodern world”. Buku ini menginsprasi banyak orang dan sudah banyak diterapkan sebagai kurikulum di beberapa Sekolah alam Indonesia.

Fasilitator literasi ini menjelaskan bahwa selama ini masyarakat menganggap istilah ekoliterasi dan literasi lingkungan sebagai konsep yang sama. Namun sebenarnya terdapat perbedaan mendasar antar keduanya. Literasi lingkungan berfokus pada pengetahuan dan kesadaran terhadap isu-isu lingkungan, seperti pencemaran dan pelestarian alam. Di sisi lain, ekoliterasi tidak hanya mencakup pemahaman ini, tetapi juga mendorong individu untuk berpikir secara sistemik dan bertindak berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari. Ekoliterasi lebih pada tindakan nyata seorang individu untuk melindungi dan memperbaiki kondisi lingkungan. Tindakan nyata tersebut akan terbentuk dari hal terkecil yaitu melalui peran keluarga.

Dalam pemaparannya beliau menjelaskan pentingnya Ekoliterasi dalam keluarga yaitu untuk menumbuhkan kesadaran lingkungan sejak dini disertai tindakan nyata dari orangtua. Kedua yaitu untuk mengubah perilaku menjadi lebih ramah lingkungan serta  menciptakan generasi yang peduli terhadap keberlanjutan lingkungan. Kegiatan ekoliterasi seperti berkebun bersama atau mengunjungi tempat tertentu yang menumbuhkan kesadaran lingkungan dapat menguatkan ikatan keluarga.

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membangun ekoliterasi pada anak diantaranya

  • 1.   Menjadi panutan dan teladan bagi anak. Orangtua menjadi contoh nyata tindakan cinta lingungan. Tindakan nyata tersebut misalkan dengan mengelola sampah yang baik, mengurangi penggunaan plastik, berkebun dll.
  • 2.      Menanamkan nilai-nilai cinta lingkungan melalui tindakan dengan melibatkan anak dalam aktivitas menjaga lingkungan. Contohnya seperti menghadiri pameran produk hasil pengolahan limbah, membawa barang-barang yang tidak terpakai untuk didonasikan, mengunjungi taman konservasi dan museum alam.
  • 3.      Menjadi pendukung dan fasilitator bagi anak, menyediakan bahan bacaan tentang lingkungan hidup.
  • 4.      Menonton film dokumenter tentang isu-isu lingkungan
  • 5.      Membuat kompos dari limbah dapur menggunakan metode Takakura

Dalam pemaparannya beliau juga mengkaitkan ekoliterasi denga perpustakaan yang disebut dengan istilah ecolibrary. Perpustakaan sebagai pusat pengetahuan berperan penting dalam mendukung kesadaran dan pendidikan lingkungan dengan menerapkan konsep ecolibrary. Ecolibrary merupakan upaya untuk menciptakan masyarakat yang sadar lingkungan dengan menyediakan akses buku menarik tentang lingkungan, fasilitas yang ramah lingkungan dan program yang berfokus pada literasi ekologi. Tujuan ecolibrary adalah menciptakan ruang yang tidak hanya berfungsi sebagai pusat literasi, tetapi juga sebagai model bagi masyarakat dalam menerapkan nilai-nilai keberlanjutan dan ekoliterasi dalam kehidupan sehari-hari.

Di akhir sesi diskusi beliau menyampaikan konsep ekoliterasi berkaitan erat dengan decluttering karena keduanya menekankan pentingnya hidup berkelanjutan melalui pengelolaan barang dan sumber daya yang bijaksana. Dengan mempraktikkan decluttering, keluarga dapat mengurangi konsumsi barang yang tidak perlu, memperpanjang usia pakai benda yang dimiliki, serta mengurangi limbah rumah tangga. Melalui langkah-langkah ini, ekoliterasi tidak hanya mengajarkan kesadaran lingkungan, tetapi juga menanamkan kebiasaan untuk memilih barang yang benar-benar bermanfaat sehingga dapat membantu mengurangi dampak lingkungan secara keseluruhan.