Keterangan Gambar : Dok. Perpustakaan
Ekoliterasi menjadi konsep penting dalam upaya
mewujudkan keberlanjutan hidup di tengah krisis iklim yang semakin mendesak.
Keluarga memiliki peran sentral dalam menerapkan ekoliterasi karena rumah
adalah tempat pertama di mana nilai-nilai lingkungan dapat diperkenalkan dan
dipraktikkan. Pemberdayaan keluarga melalui ekoliterasi membuka ruang bagi
setiap anggota keluarga untuk mengenal, memahami dan bertindak bijak terhadap
lingkungan, mulai dari pengelolaan sampah dan hemat energi.
Dalam rangka memberikan pemahaman lebih lanjut tentang
peran keluarga dalam ekoliterasi, UPA Perpustakaan Universitas Jember
menyelenggarakan Kongkow Bersama Pustakawan seri ke 24 dengan tema
“Pemberdayaan Keluarga Melalui Ekoliterasi”. Kongkow bersama pustakawan yang dilaksanakan
pada hari Kamis tanggal 24 Oktober 2024 ini menghadirkan pembicara yang concern dalam bidang ekoliterasi yaitu
Rahmah, S.Pd.I., Gr.
Beliau merupakan seorang guru Sekolah Islam Terpadu
Ihsanul Amal, Sungai Sandung, Kalimantan selatan dan sekaligus relawan di lima
organisasi dan komunitas literasi. Beliau juga seorang Trainer Kurikulum dan
tergabung dalam Pendidikan Guru Penggerak Angakatan 3 Kabupaten HSU pada tahun
2022.
Pada kesempatan ini beliau menjelaskan bahwa salah
satu cara untuk mengatasi krisis iklim yaitu dengan meningkatkan pemahaman
tentang ekoliterasi di lingkup keluarga. Istilah Ekoliterasi sendiri pertama
kali diperkenalkan oleh david W. Orr pada tahun 1992 dalam bukunya yang
berjudul “ecological literacy: education and the transition to a postmodern
world”. Buku ini menginsprasi banyak orang dan sudah banyak diterapkan sebagai
kurikulum di beberapa Sekolah alam Indonesia.
Fasilitator literasi ini menjelaskan bahwa selama ini
masyarakat menganggap istilah ekoliterasi dan literasi lingkungan sebagai
konsep yang sama. Namun sebenarnya terdapat perbedaan mendasar antar keduanya.
Literasi lingkungan berfokus pada pengetahuan dan kesadaran terhadap isu-isu
lingkungan, seperti pencemaran dan pelestarian alam. Di sisi lain, ekoliterasi
tidak hanya mencakup pemahaman ini, tetapi juga mendorong individu untuk
berpikir secara sistemik dan bertindak berkelanjutan dalam kehidupan
sehari-hari. Ekoliterasi lebih pada tindakan nyata seorang individu untuk
melindungi dan memperbaiki kondisi lingkungan. Tindakan nyata tersebut akan
terbentuk dari hal terkecil yaitu melalui peran keluarga.
Dalam pemaparannya beliau menjelaskan pentingnya
Ekoliterasi dalam keluarga yaitu untuk menumbuhkan kesadaran lingkungan sejak
dini disertai tindakan nyata dari orangtua. Kedua yaitu untuk mengubah perilaku
menjadi lebih ramah lingkungan serta menciptakan
generasi yang peduli terhadap keberlanjutan lingkungan. Kegiatan ekoliterasi
seperti berkebun bersama atau mengunjungi tempat tertentu yang menumbuhkan
kesadaran lingkungan dapat menguatkan ikatan keluarga.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membangun
ekoliterasi pada anak diantaranya
Dalam pemaparannya beliau juga mengkaitkan ekoliterasi denga perpustakaan yang disebut dengan istilah ecolibrary. Perpustakaan sebagai pusat pengetahuan berperan penting dalam mendukung kesadaran dan pendidikan lingkungan dengan menerapkan konsep ecolibrary. Ecolibrary merupakan upaya untuk menciptakan masyarakat yang sadar lingkungan dengan menyediakan akses buku menarik tentang lingkungan, fasilitas yang ramah lingkungan dan program yang berfokus pada literasi ekologi. Tujuan ecolibrary adalah menciptakan ruang yang tidak hanya berfungsi sebagai pusat literasi, tetapi juga sebagai model bagi masyarakat dalam menerapkan nilai-nilai keberlanjutan dan ekoliterasi dalam kehidupan sehari-hari.
Di akhir sesi diskusi beliau menyampaikan konsep ekoliterasi berkaitan erat dengan decluttering karena keduanya menekankan pentingnya hidup berkelanjutan melalui pengelolaan barang dan sumber daya yang bijaksana. Dengan mempraktikkan decluttering, keluarga dapat mengurangi konsumsi barang yang tidak perlu, memperpanjang usia pakai benda yang dimiliki, serta mengurangi limbah rumah tangga. Melalui langkah-langkah ini, ekoliterasi tidak hanya mengajarkan kesadaran lingkungan, tetapi juga menanamkan kebiasaan untuk memilih barang yang benar-benar bermanfaat sehingga dapat membantu mengurangi dampak lingkungan secara keseluruhan.