Loading...
Mengenang Hari Buku Nasional 17 Mei: Peran Perpustakaan Sebagai Rumah Kedua Para Pembaca

Mengenang Hari Buku Nasional 17 Mei: Peran Perpustakaan Sebagai Rumah Kedua Para Pembaca

17 May 2025   |   23 kali diakses

Setiap tanggal 17 Mei, Indonesia memperingati Hari Buku Nasional- sebuah momentum penting yang tidak hanya sekadar merayakan keberadaan buku, tetapi juga mengingatkan kita akan pentingnya budaya membaca di tengah masyarakat. Di balik peringatan ini, tersimpan sejarah panjang tentang bagaimana buku menjadi sumber pengetahuan, hiburan hingga alat perubahan sosial. Tak hanya buku, keberadaan perpustakaan pun turut memainkan peran besar sebagai rumah kedua bagi para pecinta buku.

Sejarah Singkat Hari Buku Nasional

Hari Buku Nasional pertama kali dicanangkan pada tanggal 17 Mei 2002 oleh Mentri Pendidikan Nasional saat itu, Abdul Malik Fadjar. Tanggl ini dipilih bertepatan dengan berdirinya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI) pada 17 Mei 1980. Melalui peringatan ini, pemerintah berharap dapat meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia yang pada waktu itu masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan Negara-negara lain.

Sejak saat itu, berbagai perpustakaan, komunitas literasi hingga sekolah-sekolah di seluruh Indonesia rutin menyelenggarakan berbagai kegiatan untuk memperingati Hari Buku Nasional, mulai dari pameran buku, diskusi hingga gerakan donasi buku ke pelosok negeri.

Perpustakaan: Rumah Kedua Para Pembaca

Bagi seorang pecinta buku, perpustakaan bukan sekadar tempat meminjam buku. Perpustakaan adalah ruang aman, nyaman dan tenang untuk berlama-lama larut dalam cerita, ilmu pengetahuan hingga refleksi diri. Perpustakaan memberikan kesempatan bagi siapa saja, dari berbagai latar belakang, untuk mengakses sumber informasi tanpa batas.

Dari masa ke masa, perpustakaan telah bertransformasi. Dulu, koleksi buku cetak menjadi primadona dan suasana hening adalah aturan tak tertulis didalamnya. Kini, perpustakaan menjelma menjadi ruang terbuka yang lebih ramah, dilengkapi dengan akses internet, sudut diskusi, layanan digital library bahkan spot kreatif bagi generasi muda.

UPA Perpustakaan Universitas Jember misalnya, hadirnya layanan UNEJDIGILIB, UBUD Library, SNI Corner, BI corner, menjadi bukti nyata bahwa perpustakaan tak hanya mengoleksi buku fisik tetapi juga menyediakan akses literasi digital dan ruang belajar kolaboratif.

Menjadi Tempat yang Dirindukan

Bagi banyak orang, perpustakaan menjadi tempat di mana mereka bisa menemukan buku-buku lama, menulis skripsi dengan tenang hingga sekadar mencari inspirasi di sela kesibukan akademik. Tak sedikit pula yang menganggap perpustakaan sebagai “rumah kedua”, tempat di mana mereka bisa merasa diterima, dihargai dan terus belajar tanpa batas.

Dalam momentum Hari Buku Nasional ini, mari kita kembali mengenang peran perpustakaan dalam hidup kita. Tak sekadar tempat menyimpan buku, tetapi sebagai rumah yang merawat mimpi-mimpi pembacanya.

Penutup

Hari buku nasional menjadi pengingat bahwa budaya membaca adalah kunci membangun peradaban, dan dibalik setiap halaman buku yang dibaca selalu ada perpusakaan yang setia menjadi rumah kedua bagi siapa saja yang mencintai pengetahuan.

Selamat hari buku nasional, semoga semangat literasi terus hidup di hari kita dan di ruang-ruang perpustakaan Indonesia. (igh) 


Bagikan ke:
Facebook WhatsApp Twitter


Kembali